Halaman

Senin, 12 Agustus 2013

Tak Terlihat Dari tatapan

Hiru pikuk kendaraan berlalu lalang
Gedung-gedung tinggi berdiri di atas pijakan bumi
Penciuman ku masih terasa sama oleh debu pasir.
Kota yang penuh kenangan masih sama dan tak berubah
Gedung tua yang menjadi tempat pertemuan singkat 
Antara dua insan yang saling mencinta
Dan menimba ilmu menjadi saksi bisu pertemuan singkat kita

Satu tahun setelah perpisahan itu, semakin membuat ku mencari 
"Dimanakah diri mu, Sedang apakah kamu, Bagaimana keadaan mu?" pertanyaan yang tak pernah ku temui jawabannya. Dalam senyuman palsu aku masih bersembunyi di balik semua perasaan ku kamumasih menjadi kamu yang dulu, atau kamu sudah berubah lebih tampan, lebih baikah atau sebaliknya semua itu masih menjadi pertanyaan konyol ku.

Aku hanya mampu mencuri waktu melihat mu lewat situs social mu, menatap foto kebersamaan kita, melihat pesan singkat kita, dan menulis tentang mu dalam diary dan situs ini. Aku masih menikmatinya menjadi kebiasaan yang terus berulang, yah aku sadar kamu tak akan pernah menemui aku melakukan hal ini karena kita telah berada di dunia kita masing-masing.
Aku sibuk dengan masa depan dan takdir ku, dan kamu pun begitu sebaliknya sembari sibuk dengan dia yang menjadi pilihan hati mu untuk menjalani hari indah mu. "Selamat berbahagia ya" hanya seuntai kata beserta air mata yang terlontar ketika aku melihat mu dengan mata batin ku. Aku pun sadar aku tak akan pernah menjadi apa yang terpenting dalam hidup mu. Karena terlalu sia-sia bagi mu untuk sedetik memikirkan ku.

Karya terindah pemberian Sang Pencipta yang ku terima. Pernah mengenal mu, berbagi kisah, melakukan kekonyolan, menangisi mu dan pernah menjadi milik mu. Indah bukan ? Bagi ku indah, entah bagi mu itu semua kau gambarkan apa. Semua masih tertutup rapi dengan balutan luka yang tak menarik mata namun di dalamnya banyak hal manis hingga semut pun tak ingin mengambil bagian dari isi hal itu.

Senyum manis mu yang dulu ku temui setiap paginya menjadi semangat ku untuk belajar di kelas yang luas dengan tawa makhluk di sekitar kita, tatapan mata mu yang tajam terlihat di balik dinding kelas menandakan kamu cemburu melihat aku dengan pria lain beradu pembicaraan, bel sekolah yang menjadi tanda kebahagiaan untuk kita mencuri waktu bersama, rambut dengan style yang ala kadarnya dan langkah lagak preman serta nyaringnya nada tawa mu masih jelas. Tempat makan dan tempat kegiatan rohani pun masih ku ingat dimana posisi mu berada.

Ketika aku hendak mengingatnya ada rasa sesak dengan iringan melodi. Aku merindukan semua yang pernah menjadi milik ku. Dan aku belum terbiasa dengan kehidupan ku sekarang yang tak lagi ku temui tersenyum bebas melihat kekonyolan mu di setiap harinya. Aku bukan menyerah pada keadaan tapi terlalu sulit bagi ku untuk secepat itu memutar balikan kenyataan kalau aku tak pernah terluka oleh mu. Semua butuh proses bagi ku, namun bagi mu begitu instan untuk melupakannya. Kau begitu kuat hingga aku pun terkalahkan oleh semua egois mu dan kenangan kita.

Jarum jam terus berputar tanpa henti, dan aku semakin kesulitan mencari mu. Karena kamu tak lagi terlihat oleh mata sipit dan kacamata ku. Pena pun terus bersyair hingga aku lelah untuk mematikan perasaan ku. Semua masih sama, aku masih menjadi aku yang dulu. Dan masih sama dengan perasaan yang dulu
Temuilah aku kapan pun kau mau, aku bukanlah para pejabat yang sulit di temui layaknya kamu sekarang. Aku seperti daun yang terus bergantung pada harapan apa yang tak jelas yang bisa kau temui di setiap kedua bola mata mu mendapatkannya.
Jika aku yang kamu rindukan, temui aku di kota ini.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar